Sumber: BBCnews
Merujuk data dari tiga lembaga; NASA (lembaga antariksa Amerika Serikat), NOAA (Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS), dan UK Met Office (badan cuaca Inggris), suhu tahun lalu tercatat sebagai suhu terpanas kedua dalam catatan rekor sejak 1850. Suhu yang tercatat lima tahun terakhir adalah yang terpanas dalam 170 tahun, dengan masing-masing lebih dari 1C lebih hangat daripada era pra-industri. Badan cuaca Inggris mengatakan bahwa pada 2020 tren suhu yang panas masih akan terjadi. Kendati begitu, 2016 tetap menjadi tahun terpanas dalam sejarah, dengan suhu panas disebabkan fenomena El Niño.
Data ini bukanlah kejutan besar, karena sebelumnya organisasi meteorologi dunia (WMO) memberi sinyal pada awal Desember lalu bahwa 2019 kemungkinan menandai akhir dekade terpanas dalam catatan rekor. Badan cuaca Inggris, yang terlibat dalam menghasilkan data suhu HadCRUT4, mengatakan bahwa suhu pada 2019 adalah 1,05C di atas rata-rata untuk periode sejak 1850-1900. Tahun lalu tercatat dua gelombang panas terjadi di Eropa pada Juni dan Juli, dengan rekor nasional baru tercatat setinggi 46C di Prancis pada 28 Juni. Rekor baru juga terjadi di Jerman, Belanda, Belgia, Luksemburg dan Inggris dengan suhu 38,7C, di Australia, suhu rata-rata musim panas adalah yang tertinggi dalam rekor dengan kenaikan hampir satu derajat.
Mengekang karbon merupakan pilihan sulit
Roger Harrabin, analis lingkungan
Seiring dengan suhu yang terus meningkat, upaya untuk menahan pemanasannya terus goyah ketika ilmu pengetahuan berbenturan dengan politik. Inggris misalnya, berjuang keras untuk menjadi tuan rumah konferensi iklim tahunan PBB pada akhir tahun ketika semua negara akan didorong untuk mengurangi emisi lebih banyak, dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, mengatakan dia ingin Inggris memimpin dunia dalam mengatasi perubahan iklim. Namun ketika baru saja memulai administrasinya, dia sudah dituding meninggalkan prinsip-prinsipnya. Boris berjanji untuk mempertimbangkan pemotongan pajak sebesar £13, atau sekitar Rp231 ribu dalam penerbangan di Inggris karena pekerjaan dan konektivitas dipertaruhkan.
Ini bertentangan dengan saran resmi dari Komite Perubahan Iklim yang mengatakan orang-orang perlu terbang lebih sedikit, sehingga biaya terbang seharusnya naik, bukannya turun. Jenis pertukaran yang tidak nyaman ini akan menyebabkan keributan di seluruh dunia dalam beberapa dekade mendatang karena perubahan iklim menghadirkan tantangan yang semakin meningkat bagi politik.
Sementara tiga badan riset memiliki perbedaan tipis dalam data yang mereka catat selama 12 bulan, WMO telah melakukan analisis menggunakan data tambahan dari layanan perubahan iklim Copernikus dan Badan Meteorologi Jepang. Mereka berkesimpulan bahwa pada 2019, bumi 1,1C lebih panas ketimbang masa pra-industri.
“Angka suhu global kolektif kami sepakat bahwa 2019 bergabung dengan tahun-tahun lainnya sejak 2015 sebagai lima tahun terhangat yang pernah tercatat,” kata Dr Colin Morice, dari badan cuaca Inggris, Hadley Center.
“Setiap dekade dari 1980-an berturut-turut lebih hangat daripada semua dekade yang datang sebelumnya. Tahun 2019 disimpulkan sebagai dekade ‘kardinal’ (tahun-tahun yang berakhir 0-9) terpanas dalam catatan rekor yang merentang sejak pertengahan abad ke-19.”
Para peneliti mengatakan emisi karbon dari aktivitas manusia adalah sebab utama pemanasan suhu yang terlihat pada beberapa tahun terakhir. “Karbondioksida dalam atmosfere kita berada di level tertinggi yang pernah kita catat, dan tidak ada koneksi pasti antara jumlah dari CO2 dan temperatur,” ujar Prof Liz Bentley dari Royal Meteorological Society. “Kami melihat temperatur global tertinggi dalam dekade terakhir dan akan melihatnya lagi kemudian. Seiring dengan CO2 yang kian berkembang, kita akan melihat suhu global semakin meningkat.”
Data jangka panjang dari tiga lembaga yang berbeda dengan metodologi yang berbeda ini membuat mereka yakin pada akurasi dari temuan ini. “Sementara kita tahu bahwa aktivitas manusia menyebabkan dunia semakin hangat, sangat penting untuk mengukur pemanasan ini seakurat mungkin,” ujar Prof Tim Osborn, dari Unit Penelitian Iklim di University of Anglia, yang terlibat dalam pengumpulan data.
“Kami yakin bahwa bumi akan memanas sekitar 1C sejak abad kesembilan belas karena berbagai metode untuk mengatasi suhu global memberikan hasil yang sangat mirip.” Sementara angka-angka yang dikeluarkan oleh badan cuaca Inggris, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) dan NASA menunjukkan suhu yang tercatat di permukaan darat dan laut, jumlah pemanasan yang masuk ke laut yang lebih dalam juga pada tingkat rekor.
Data yang diterbitkan minggu ini menunjukkan bahwa jumlah panas yang masuk ke lautan pada tahun lalu mencapai rekor. Ini adalah peningkatan terbesar dalam dekade terakhir.
Sementara variabilitas alami berarti bahwa para ilmuwan tidak mengharapkan catatan suhu baru tahun-ke-tahun, badan cuaca Inggris memperkirakan bahwa 2020 juga akan sangat panas, dengan suhu rata-rata global diperkirakan 1,1C di atas tingkat pra-industri.
Ini menunjukkan tahun ini akan menjadi tahun yang lebih hangat dari yang baru saja berlalu.
Leave a Reply